Rabu, 08 Maret 2017

Kenangan Masa Kecil Dari Dasa Teteasa

Ini kisahku ditulis dengan alasan: pertama supaya mbah Google smakin mbah... ehh maksudnya smakin tau banyak hal, yapss... saat orang-orang menuliska kata "Tetesa" mbah Google bisa beri jawaban. Alasan kedua untuk mengingatkan teman-teman masa kecilku bahwa dulu kita sangat dekat bagai urat nadi, kita punya banyak cerita yang bisa kita kenang jika nanti kita berjumpa (so don't be awkward :) ) Alasan ketiga khususnya untuk adik-adikku di desaku Teteasa dan desa-desa yang serupa supaya tetap percaya diri atau lebih lagi "BANGGA" karena besar di desa, i realy hope :) dan alasan yang terakhir ini untuk penulis, untuk melatih dan meningkatkan kualitas tulisan saya,, iyeee saya suka menulis.

kata pengantar dikit ya,  Saya lahir di salah satu rumah sakit swasta di kota Kendari, Sulawesi Tenggara, tertera di KTPku  tanggal lahir 04 Maret 90' tapi orang tuaku tidak begitu yakin soal itu, mamaku tidak mengingat dengan pasti apakah tanggal 04 Maret atau tanggal 03 April (ketukar), aktaku kelahiranku hilang saat saya berumur 11 bulan dan saat mau masuk sekolah SD baru dibuat akta yang baru dan ternyata orang tuaku keburu lupa tanggal dan bulan lahirku,... dan kadang itu membuat sesal di hati, namun kucoba menghibur diri dengan berfikir "banyak banget bayi yang baru lahir ditelantarkan oleh ibunya, dan kelak jika sudah besar mungkit dia nga tau kapan hari ulang tahunnya bukan cuma itu mungkin orang tuanyapun dia nga tau" so never mind about my birthday :) :)

Saya tumbuh dan menghabiskan masa kanak-kanakku di suatu desa yang orang-orang menyebutnya Tetesa, sebenarnya itu mana salah satu desa yang ada di kecamatan Angata kecamatan desa kami juga, mungkin karena desa kami baru dan tidak banyak dikenal orang, jadi jika ada yang bertaya "dimana kamu tinggal?" dan setelah panjang lebar menjelaskan letak desa kami, namun tidak mengerti juga maka tersebutlah desa Teteasa sebagai jawaban akhirnya, hehehe mungkin itu sejarah panggilan desa kami yang melekat sampai hari ini, nama sebenarnya adalah Lamoeri . Meski tidak terlalu jauh dari kota Kendari sekitar 2,5 jam menggunakan mobil namun listrik dari PLN tidak menjangkau desa kami, listrik saja tidak ada apalagi aspal, maklumlah 6 tahun sebelum saya lahir desa kami baru mulai  dirintis dari hutan rimbah, tepatnya tanggal 8 Januari 1987,  dari cerita orang tuaku tahun-tahun awal tinggal di desa, terasa angker orang-orang sering ketemu ular Sawa (Phyton) dan cerita-certita mistis  masih sangat kuat. Dengan kondisi desa kami yang demikian tidak sedikitpun membuat masa kecil kami hilang ceritanya, justru karena kondisi yang seperti itulah yang membuat kenangan di desa kami sangat manis untuk dikenang dan sanyang jika tidak diceritakan.

Masa SD adalah masa yang paling membahagikan, tidak kenal rasa galau, stres dan segala macam tekanan yang membebani orang dewasa, masa yang penuh petualangan, jujur dan tulus. Tak sabar untuk kuceritakan semua kenangan itu, - hari pertama kesekolah, kalau biasanya anak-anak diantar orang tuanya pakai mobil (angkot juga boleh) atau motor (ojek juga boleh) kami berjalan kaki sekitar 6 Km (bolak-balik) dan itu dilalui selama satu semester kerena sekolah kami berada di desa tetangga, namun jarak bukan masalah bagi kami, panjangnya perjalanan kami seperti itu jugalah panjangnya waktu bermain kami, berkejaran di pematang sawah, bermain air di irigasi sawah, memanjat pohon jambu batu, atau buah lainnya yang tumbuh liar di jalan-jalan, tak perna kedengaran keluhan "capek atau panas" dari anak-anak yang berumur 6 tahun saat itu. "kadang kau mengeluh tak mampu, sebenarnya bukan karena kau tak mampu namun karena engkau gengsi untuk melakukannya". haseek

- Saat masuk semester dua di kelas satu, sekolah di desa kami dibangun, hanya ada dua ruangan: satu ruang kelas dan satu ruang guru yang kira-kira berukuran 3,5 X 4 m dindingnya dari papan, atapnya dari nipa dan lantainya dari bumi alias tanah :) sekolah kami tidak sedang mencoba menyatu dengan alam, namun mungkin cuma itu yang bisa dibangun oleh pemerintah desa kami saat itu, mungkin. Dan masih teringat ada satu panjangan yang tergantung di dinding ruang guru bertuliskan "Disiplin Adalah Kunci Keberhasilan" so kami adalah angkatan pertama lulusan SDN 1 Lamoeri, angkatan 2005 hihihi dan disinilah kisah kami dimulai..

sebelum menceritakan cerita-cerita unik yang terjadi disekolah kami, akan kugambarkan sedikit keadaan sekolah kami. Setelah penerimaan siswa baru yang berarti kami naik kekelas dua, gedung sekolah kami yang lama  dipindahkan sekitar 100 meter dari tempat semula nga tau karena alasan apa, dan dibangun satu ruang kelas lagi, setiap penerimaan siswa baru, ruang kelas kami ditambah kecuali saat kami naik ke kelas 4 cuma ada tiga ruang kelas, jadi kelas dua dan kelas tiga digabung belajarnya, material bangungannya sama dengan bangunan yang pertama. Tidak ada toilet, (sekarang baru kepikiran di mana dulu guru-guru kami mau pipis ya? :) kalau kami gampang saja, ke perairan hahaha) . Iya, di depan sekolah kami ada perairan dan sawah warga yang biasa jadi tempat kami bermain saat tidak ada guru, atau saat keluar main, di samping kiri dan kanannya ada kolam ikan milik warga, indahkah?....yepss itulah kira-kira gambaran sekolah kami.

Tak ada kaos kaki dan sepatu, kaki mungil kami hanya beralaskan sendal jepit, nga ada dasi dan topi yang berjejer rapi tiap hari senin, lagu Indonesia Raya hanya sekitar empat kali saja di kumandangkan di sekolah kami waktu masa itu, alias kami jarang banget upacara bendera, namum begitu kami tetap cinta tanah air kok. Kembali ke laptop...
Dari kelas satu sampai kelas empat saya punya dua orang teman yang sangat dekat namanya Nova Yana Tanggana dan Estefani, karena kelas kami yang selalu paling senior, kami cukup nakal dan jail ke adik -adik kelas bahkan ke teman-teman perempuan di kelas kami dan sebagian besar anak cowok juga sii hihihih, pernah sekali kami bertiga dihukum dengan kepala dimasukan ke bawah meja guru yang sedang mengajar sedangkan kedua tangan diatas meja, karena teman sekelas kami Hayati namanya , wajahnya menjadi gatal-gatal karena kami bedakin dengan kapur menggunakan penghapus papan tulis,, (melalui ini saya dan teman-teman minta maaf, maaf ya Hayati), karena kesal dihukum, saya mengoyang-goyangkan meja menggunakan kepala eeh malah kepala saya kena paku,, hedeeee.

- Di kelas lima, kami perna merayakan  hari jadi duduk sebangku,, bingungkan?  ya saat naik kelas 5, kami dapat teman baru pindahan dari sekolah tetangga desa, dan kami duduk sebangku berempat (yang selanjutnya disebut se geng :) Nova Yana Tanggana, Estefani, dan Mispa. Nga ingat bulan keberapa kami merayakan hari jadi duduk sebangku, kami udunan/patungan beli permen yang warna kuning (permen jaman itu) Rp. 50/ biji, kami beli sebungkus dan membagikan ke teman-teman sekelas. Saat kelas lima kekonyolan semakin bertambah; bermain bola, menyapu ruang kelas sampai bersih dari pasir dan debu dan melarang setiap orang menggunakan sendal di dalam kelas kecuali guru hehehe.

- Ini tentang guru kami tersayang Alm. Muh. Amin yang sekaligus menjadi kepala sekolah kami, walau gedung sekolah kami tidak sebagus seperti sekolah-sekolah di kota dan fasilitas tidak mendukung kami untuk mendapat ilmu yang lebih banyak namun pengetahuan kami tidak kalah baik dengan anak-anak kota (kecuali pelajaran Bahasa Inggris) terbukti saat pendaftaran masuk SMP banyak dari kami masuk SMP favorit, itu pasti  karena jasa dari guru-guru kami dan anugrah Tuhan pastinya, Trimaksih ibu bapak guru and my Savior. saat kelas empat kami sudah diharuskan menghafal perkalian 1-10, Pak guru yang mengharuskannya jika tidak bisa menghafal rambut yang diatas telinga kami akan ditarik, yaa itu adalah hukuman andalan yang diberikan, jaman itu emansipasi (bukan arti yang sebenarnya) murid terhadap guru belum digumamkan, hehehe intinya saya menceritakan bahwa guru kami sangat tegas dalam mendidik. Saya tidak ingat dengan pasti tepatnya di kelas berapa sekitar kelas empat semester akhir atau awal kelas lima, beliau berubah sangat derastis, dia sangat lembut, tak perna lagi memberi hukuman jika kami tidak kerja tugas sekolah, dan kami sangat dekat dengan beliau, kami sering cari ubannya, sering ngurut kaki dan lengannya hmmm... suara motornya sangat khas, ada cerita yang manis sekali dengan beliau, hari itu pas hari janjian penerimaan rapor namun karena beliau lama tak kunjung datang akhirnya kami memutuskan untuk pulang dan pergi mencari siput diperairan / sungai dibelakang rumah teman kami yang rumahnya tidak jauh dari sekolah dan saat asik-asik mencari siput yang pastinya sambil bermain air tiba-tiba dapat kabar kalau guru kami sudah ada disekolah dan dengan baju yang basah-basah kami lari kesekolah sambil teriak "Pak Guruuuu....." ya kami sangat dekat dan sayang beliau, saat kami naik kekelas 6 beliau dipindah tugaskan dan saat kami masih di kelas 6 juga beliau dipanggil Tuhan, itulah sepenggal kenangan yang tercipta disekolah.

"Bermain itulah dunia anak yang paling dirindukan saat sudah beranjak dewasa".  Sepulang sekolah pun bermain terus berlanjut, setelah menyapu, cici piring dan kadang masak kami akan lanjut bermain. Seperti sudah janjian sebelumnya kami selalu berkumpul di suatu rumah untuk bermain, ini nama-nama permainan yang sering kami mainkan; Enggo Sembunyi (Petak Umpet), Tar-tar (Tambak-tembakan), Jet (Benteng), Asin dan banyak lagi permainan musiman yang sering kami mainkan Kelereng, Karet, Kayang-layang, Engrang, cari biji mente, Rumah-rumahan, Masak-masakan,  kesawah, hmmm di sawah punya segudang cerita juga; memancing ikan, mancing burung sawah (Burinti) , kuras kolam, mandi-mandi, menanam, bermain lumpur, naik rakit-rakitan,panen padi,  huuufft ingin rasanya semua orang tau cerita manis ini.


Beda cerita di sekolah, beda cerita sepulang sekolah pada siang hari, dan beda juga cerita pada malam hari, gelapnya malam tanpa lampu listrik tak menyempitkan gerakan kami untuk menciptakan masa-masa yang manis untuk dikenang kelak. Karena di kampung kami tidak ada listrik maka apalagi televisi, telivisi hanya seorang yang punya dan adanya di desa tetangga, pakai genset untuk menyalakannya, dan jika sudah senja orang-orang di kampungku saling manggil-manggil untuk sama pergi nonton, dan jangan lupa bawah karung dan sarung, karung untuk alas duduk sarung untuk melindungi dari nyamuk dan udara yang dingin karena hanya beratapkan langit (kami nonton dihalaman depan rumah orang), saya sesekali ikut rombongan (orang tua tidak selalu mengizinkan) dan inilah judul-judul sinetron yang memaksakan kami untuk jalan sekitar 6 km, (pergi 3 km, pulang 3 km) Angling Darma, Nyi Pelet, Nyi Roro Kidul, Hanoman, dan Misteri Gunung Merapi, apa kalian masih ingat mereka ?. Tahun 2012 listrik PLN menjangkau kampung kami. yeeeeaaa Puji Tuhan.

Demikian.
Salam Rindu oh My Home Village.

                                                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kenangan Masa Kecil Dari Dasa Teteasa

Ini kisahku ditulis dengan alasan: pertama supaya mbah Google smakin mbah... ehh maksudnya smakin tau banyak hal, yapss... saat orang-orang...