Senin, 06 Februari 2017

Teman Hidup Yang Datang Dari Allah



 Penulis By : Henri P.

Mari kita belajar sekali lagi tentang pasangan hidup.

Penghargaan akan visi membuat seseorang bijak dan berhati2 dalam memilih pasangan hidupnya. Esau adalah contoh orang yg sembarangan terhadap visi dan pasangan hidup.


Kata Esau kepada Yakub: "Berikanlah kiranya aku menghirup sedikit dari yg merah2 itu, karena aku lelah." Tetapi kata Yakub: "JUALLAH DAHULU KEPADAKU HAK KESULUNGAN ITU." Sahut Esau: "Sebentar lagi aku akan mati, APAKAH GUNANYA BAGIKU HAK KESULUNGAN ITU?" Kata Yakub: "Bersumpahlah dahulu kepadaku." Maka bersumpahlah Esau kepada Yakub dan DIJUAL ESAULAH HAK KESULUNGAN-NYA KEPADA YAKUB. Lalu Yakub memberikan roti dan masakan kacang merah itu kepada Esau; ia makan dan minum, lalu berdiri dan pergi. Demikianlah ESAU MEMANDANG RINGAN HAK KESULUNGAN ITU. (25:30-34).


Esau tidak mengerti keberhargaan hak kesulungannya. Dalam Perjanjian Baru, hak kesulungan ini berbicara tentang warisan visi dan milik pusaka yg diperoleh dari orangtua rohani. Tidak semua orang menghargainya; tidak semua orang menginginkannya. "Apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu?" adalah sikap hati banyak orang hari2 ini. Esau dengan mudah menukarkannya dengan sepiring makanan dan menganggap bahwa hal itu takkan berdampak apa2 terhadap kehidupannya kelak.


Ketika Esau telah berumur 40 tahun, IA MENGAMBIL Yudit, anak Beeri ORANG HET, dan Basmat, anak Elon ORANG HET, MENJADI ISTERINYA. Kedua perempuan itu MENIMBULKAN KEPEDIHAN HATI bagi Ishak dan Ribka. (26:34-35).

Orang yg memandang ringan hak kesulungan cenderung akan memandang ringan juga perkara pasangan hidup, demikian pula sebaliknya. Hak kesulungan sangat erat kaitannya dengan pasangan hidup, teman pewaris kasih karunia. Hak kesulungan berbicara tentang visi dan panggilan TUHAN, dan pasangan hidup yg tepat dan sepadan adalah salah satu syarat mutlak untuk menggenapi panggilan TUHAN itu.
Esau bertindak sembarangan dengan hak kesulungannya, ia tidak menganggapnya penting, dan ia menukarkannya dengan makanan (keinginan mata dan keinginan daging). Demikian pula ia tidak memandang penting dengan siapa ia menikah. Ia menikahi 2 orang wanita asing, orang Het, tanpa berkonsultasi dengan kedua orangtuanya.


Bahkan di kemudian hari, ketika ia mengetahui bahwa orangtuanya tidak menyukai istri pilihannya, ia malah mengambil keturunan Ismael menjadi isteri ketiganya, mengulangi kesalahan yg sama. Ia memang sama sekali tidak memahami perkara keluarga rohani dan warisan rohani.



Berbeda dengan sikap Abraham terhadap Ishak dan sikap Ishak terhadap Yakub. Abraham sangat berhati2 dalam mencarikan seorang istri bagi Ishak. Ishak dan Ribka juga sangat berhati2 dalam menasehati Yakub tentang bagaimana cara mengambil seorang istri.


Kepada hambanya yg paling tua dalam rumahnya, Abraham berpesan: "Aku mengambil sumpahmu demi TUHAN, Allah, bahwa engkau TIDAK AKAN MENGAMBIL UNTUK ANAKKU SEORANG ISTRI DARI ANTARA PEREMPUAN KANAAN yg di antaranya aku diam. Tetapi engkau HARUS PERGI KE NEGERIKU DAN KEPADA SANAK SAUDARAKU UNTUK MENGAMBIL SEORANG ISTRI BAGI ISHAK, ANAKKU." (24:3-4).


Abraham menegaskan kepada hambanya itu bahwa perempuan asing takkan pernah menjadi isteri Ishak; isteri Ishak harus berasal dari sanak saudaranya sendiri. Tampaknya kaku, bukan? Tetapi keputusan ini lahir dari pengertian yg benar tentang keberhargaan visi dan janji TUHAN dalam hidup Abraham.

Ishak memanggil Yakub, lalu memberkati dia serta memesankan kepadanya: "JANGANLAH MENGAMBIL ISTERI DARI PEREMPUAN KANAAN. Bersiaplah, pergilah ke Padan-Aram, ke rumah Betuel, ayah ibumu, dan AMBILLAH DARI SITU SEORANG ISTERI dari anak2 Laban, saudara ibumu."


Ishak mewarisi dari ayahnya, Abraham, pengertian yg benar akan keberhargaan visi dan janji TUHAN. Dan ia kembali mewariskan pengertian itu kepada anaknya, Yakub. Ia menegaskan bahwa perempuan asing bukanlah pilihan yg patut dipertimbangkan; keluarga ibunya adalah sumber pilihan satu2nya.




Esau baru menyadari kesalahannya  ketika ia melihat adiknya, Yakub, mentaati perkataan ayah ibunya.

"Ketika Esau melihat bahwa Ishak telah memberkati Yakub dan melepasnya ke Padan-Aram untuk mengambil isteri dari situ, dan bahwa YAKUB MENDENGARKAN PERKATAAN AYAH DAN IBUNYA, dan pergi ke Padan-Aram, maka Esau pun MENYADARI, bahwa perempuan Kanaan itu tidak disukai oleh Ishak, ayahnya. Sebab itu ia pergi kepada Ismael dan mengambil Mahalat menjadi isterinya, di samping kedua isterinya yg telah ada. Mahalat adalah anak Ismael anak Abraham, adik Nebayot. (28:6-9).


Esau terlalu lambat menyadari kesalahannya, dan ketika dia mengambil sikap untuk memperbaiki kesalahannya itu, ternyata dia kembali melakukan kesalahan baru. Dia tidak mengerti prinsip2 kerohanian; dia tidak punya dasar kebenaran yg kuat; dia tidak memahami keluarga rohani dan warisan rohani.

Sikap Ishak yg menerima dengan sukacita pilihan ayahnya, Abraham, baginya, yakni Ribka, patut diteladani. "Lalu Ishak membawa Ribka ke dalam kemah Sara, ibunya, dan mengambil dia menjadi isterinya. Ishak mencintainya dan demikian ia dihiburkan setelah ibunya meninggal." (24:67).

Ia sangat percaya itikad baik ayahnya terhadap dirinya dan nilai rohani yg dipegang oleh ayahnya tentang keberhargaan visi. Ishak memiliki hati yg lemah lembut untuk taat, tidak berbelat-belit. Sikap hati dan keputusan Ishak ini layak diteladani oleh setiap pria ULB.

Sikap Ribka juga seyogyanya menjadi panutan bagi para wanita Allah.

"Lalu mereka memanggil Ribka dan berkata kepadanya: "Maukah engkau pergi beserta orang ini?" Jawabnya: "Mau." (24:58). Ribka memiliki kepekaan yg tinggi akan kehendak Allah bagi hidupnya dan pengertian yg benar akan keberhargaan visi yg dimiliki oleh seorang pahlawan rohani.

Secara jasmani ia belum pernah melihat Ishak, namun secara rohani ia tahu bahwa pria ini adalah pewaris visi dari seorang yg sangat visioner, yaitu ayahnya, Abraham. Ribka berhasil mengenyampingkan hasratnya untuk pemenuhan kriteria2 jasmani dan menggantikannya dengan penghargaan yg tinggi akan keberhargaan visi ilahi. Sikap hati dan keputusan Ribka ini layak diteladani oleh setiap wanita ULB.

Sebagai seorang ULB/CULB, kita perlu menyadari sepenuhnya bahwa dalam Perjanjian Baru, semua suku bangsa sama nilainya di hadapan KRISTUS, karena sama2 telah dibeli dengan harga yg sama, yaitu DARAHNYA SENDIRI. Hal ini ditegaskan dalam surat2 Rasul Paulus.

"Dalam hal ini TIADA LAGI orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu." (Kol.3:11).


"Dalam hal ini TIDAK ADA orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki2 atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus." (Gal.3:28).

Jadi, dalam pertimbangan memilih pasangan hidup, seorang ULB/CULB tidak sepatutnya lagi memasukkan kriteria kesamaan suku dalam pertimbangannya, karena bila demikian, maka tanpa sadar ia telah:

👉 menyangkali/menafikan KEMULIAAN DARAH KRISTUS yg telah membuat semua suku menjadi sama nilainya di hadapan-Nya;

👉 menyangkali/menafikan KEMULIAAN PANGGILANNYA SEBAGAI SEORANG ULB untuk membawa Injil Kristus kepada semua suku bangsa.


Faktor yg benar untuk dipertimbangkan dalam memilih pasangan hidup dalam TUHAN adalah KESEPADANAN ROHANI, yg meliputi:

👉 kesamaan visi;

👉 kesamaan kerinduan untuk terus bertumbuh dalam pengenalan akan TUHAN;

👉 kesamaan komitmen untuk berubah ke arah kesempurnaan karakter Kristus;

👉 kesamaan kerelaan untuk berbuah2 bagi kemuliaan Bapa;

👉 kesamaan passion untuk melakukan 5 pilar rohani (doa - penginjilan - pemuridan - persekutuan - misi).


Faktor jasmani bukan lagi menjadi hal yg bersifat mutlak, dan faktor kesukuan seharusnya tidak perlu lagi dipertimbangkan. Sebagai keluarga rohani yg sedang bersama2 mengerjakan sebuah visi ilahi yg mulia, semestinya kita menghargai kemuliaan visi dan panggilan ini lebih daripada kemuliaan keluarga jasmani kita sendiri. Kita dipanggil keluar dari keluarga jasmani kita oleh TUHAN untuk dimasukkan dalam sebuah keluarga rohani-Nya.


Hendaklah kita menyelaraskan pola pikir kita dengan kebenaran Firman TUHAN sehingga kita didapati benar dalam mengambil setiap keputusan penting dalam hidup kita.


Sola Gracia, Soli Deo Gloria

Papi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kenangan Masa Kecil Dari Dasa Teteasa

Ini kisahku ditulis dengan alasan: pertama supaya mbah Google smakin mbah... ehh maksudnya smakin tau banyak hal, yapss... saat orang-orang...